Memahami Otak Kanan
Di dalam kitab suci, perkataan akal muncul 49 kali
dan perkataan cahaya juga muncul 49 kali.
Memang, akal itu laksana cahaya.
Ianya menyinari kehidupan
- Sejak 1810 Joseph Gall telah menemukan bahwa pusat pikiran dan perasaan itu berada di otak. Bukan di hati. Bukan pula di jantung. Dan temuan ini telah diaminkan seluruh pakar sepanjang jaman.
- Sejak 1930-an pakar-pakar meyakini bahwa otak kiri adalah otak rasional, yang terkait dengan IQ. Sementara otak kanan adalah otak emosional, yang terkait dengan EQ.
- Tahukah Anda, otak kanan itu yang menentukan 80 persen kesuksesan, lantaran tak terpisahnya otak kanan dengan EQ?
- Tahukah Anda, kuatnya otak kanan membuat Anda lebih self-motivated, lebih supel, lebih cerdas emosi, dan lebih awet mudah? Ini hasil penelitian. Bukan kata-kata saya.
- Tahukah Anda, menurut Thomas Friedman, seorang penulis yang dianugerahi Penghargaan Pulitzer, “Apabila Anda ingin mengasah otak kanan, maka lakukanlah sesuatu yang Anda cintai”.
- Tahukah Anda, Golongan Kanan melakukan sesuatu karena panggilan jiwa, bukan panggilan kerja? Sepenuh hati, bukan sepenuh gaji.
- Tahukah Anda, tanpa otak kanan, Anda tidak lebih dari seonggok prosesor komputer?
- Tahukah Anda, sekitar 80 sampai 85 persen penduduk bumi ini adalah Golongan Kiri?
Sisanya sekitar 15 sampai 20 persen adalah Golongan Kanan. Lagi-lagi, ini hasil penelitian. Bukan kata-kata saya. - Tahukah Anda, otak kiri Anda akan lebih aktif, sewaktu Anda terjaga? Sebaliknya, otak kanan Anda akan lebih aktif, sewaktu Anda tidur. Karena itulah, ketika tidur, kemahiran-kemahiran khas kanan -seperti kreativitas, imajinasi, intuisi, dan sintesis- dapat bermunculan.
- Konon, dualisme otak inilah yang menjadikan manusia berpikir serba biner. Kiri-kanan, kalah-menang, lambat-cepat, rugi-laba, Timur-Barat, dan seterusnya. Yah, walaupun begitu, kedua belahan otak ini bekerja beriringan dan saling mendukung.
Perbedaan Otak Kiri dan Otak Kanan
Ketika Pendidikan Dipertanyakan
Tragisnya, seperti yang Anda maklum, pendidikan konvensional -mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi – selalu dan terlalu banyak memanjakan otak kiri. Hanya 10 persen mata pelajaran yang mengasah otak kanan. Terlebih-lebih pendidikan paska sarjana. Pokoknya, makin tinggi, makin kiri. Cuma pendidikan di taman kanan-kanak yang masih menaruh perhatian pada otak kanan.
Digojlok pendidikan kiri selama hampir 20 tahun, tak dapat dielakkan, mayoritas orang menjadi Golongan Kiri. Cuma segelintir orang yang menjadi Golongan Kanan. Jadilah Golongan Kanan ini minoritas. Repotnya, pola pikir si minoritas ini jelas-jelas tidak sejalan dengan pola pikir si mayoritas. Si minoritas ‘kan cenderung kreatif, imajinatif, intuitif (feeling-based), impulsif (spontan), dan lateral (acak). Ujung-ujungnya, si minoritas sering dicap sinting oleh si mayoritas. Pst, dimana-mana orang sukses itu selalu minoritas dan sering di cap sinting. Right?
– Bersambung –